...apa yang bisa kita peroleh dari ajang Festival Malang Tempo Doeloe IV (21-24 Mei 2009) lalu?
Ketika kita hendak melakukan penelusuran atau 'napak tilas' sejarah, kita dapat mengelompokkan peristiwa-peristiwa sejarah tadi pada kronologi perjalanan waktu (diakronik) atau mengelompokkannya bersama peristiwa lain dalam kurun waktu yang sama (sinkronik). Yang lebih penting dari itu semua adalah kemampuan kita untuk dapat menerima fakta-fakta sejarah tersebut sebagai suatu proses dan gejala yang berpola, terstruktur, lalu bermakna. Proses dan gejala yang dapat memperkaya pengetahuan, interpretasi budaya, yang senantiasa terbuka untuk menghasilkan pengetahuan baru.
Sejarah selalu menhadirkan wacana (discourse). Setiap fenomena yang ada di dalamnya menggiring pemahaman kita pada makna-makna. Makna yang menuntut pemikiran kembali tentang hakikat keberadaannya di tengah kehidupan komunitas sekarang. Dengan pengertian kekinian, maka perlu dilestarikan bukan semata-mata wujud (artefact) secara fisik, tetapi keterkaitan antara bangunan tersebut dengan kehidupan komunitas manusia sehari-hari (ritus, pranata, sistem). Sehingga yang perlu dilakukan adalah membuat interpretasi secara terus menerus terhadap karya-karya yang telah ada.
Melalui pertimbangan ini, sebenarnya hakikat kegiatan pelestarian, seperti Malang Tempo Doeloe memiliki tujuan yang mengarah pada apresiasi dan pembukaan wawasan intelektual. Romantisme, sementara itulah yang masih banyak ditemui pada sejumlah upaya pelestarian atau pembangkitan kembali sejarah. Para pelaku dan pemerhati masih banyak yang 'terjebak' pada upaya yang mengatasnamakan sejarah seni, orientasi pariwisata, dan kenikmatan pembangkitan masa lalu (revivalism). Sehingga yang sering terjadi adalah semacam eksplorasi elemen-elemen fisik dan detail bentukan masa lalu.
Apa yang terlihat telah dibangun, dibuat, dan dilakukan pada masa lalu hendaknya tidak dilihat dari kepentingan-kebutuhan teknis-pragmatis masa kini, tetapi lebih dari itu, yakni memperluas dan mendalami pemahaman manusia akan karyanya sendiri, hakikat dan hikmah.
No comments:
Post a Comment